Dinsdag 02 April 2013

Makalah Oksidentalis


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Filosof di dunia ini banyak sekali, dengan berbagai ide atau gagasannya mereka mencoba menggali hakikat sesuatu dengan konsep dasar ontologi, epistemologi dan aksiologi yang berbeda-beda. Mereka saling mengkritik satu sama lainnya, untuk mendapatkan hakikat yang lebih bisa diterima oleh semua kalangan masyarakat. Mulai dari filosof yang berkembang di Barat hingga Timur. Walau objek kajian mereka sama namun dalam hasilnya pasti ada perbedaan walau kadang perbedaan itu tidak signifikan. Ketika muncul Orientalisme sebagai lawannya muncul pulalah Oksidentalisme. Dimana paham ini dicetuskan oleh Hassan Hanafi.

B.     Tujuan
1.  Tujuan Umum
            Tujuan umum dari Penulisan Makalah ini adalah agar semua Mahasiswa tahu secara mendalam tentang Oksidentalis Menurut Hassan Hanafi, Selain itu tujuan lain adalah di maksudkan agar kita dapat memperoleh berbagai macam pendapat dan komentar-komentar dari semua Mahasiswa melalui Prosentase yang kami sampaikan.
  1. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan Makalah ini adalah guna memenuhi tugas yang di berikan oleh Dosen Mata Kuliah Orientalis dan Oksidentalis kepada kami, dengan harapan agar kami lebih tahu atau mengerti tentang Oksidentalis Menurut Hasan Hanafi. Akan tetapi kami juga mengharapkan kritik dan saran dair Dosen yang bersangkutan.

 


BAB II
ISI

A.    Sejarah Oksidentalisme
Setelah menjabarkan pengertian Oreantalisme, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pengertian secara umum oksidentalisme adalah kajian kebaratan atau suatu kajian komprehensif dengan meneliti dan merangkum semua aspek kehidupan masyarakat Barat. Dalam oksidentalisme, posisi subjek objek menjadi terbalik. Timur sebagai subjek pengkaji dan Barat sebagai objek kajian.
Walau istilah oksidentalisme adalah antonim dari Oreantalisme, tapi di sini ada perbedaan lain, oksidentalisme tidak memiliki tujuan hegemoni dan dominasi sebagaimana orientalisme. Tetapi, para oksidentalis hanya ingin merebut kembali ego Timur yang telah dibentuk dan direbut Barat.
Latar belakang dan sejarah munculnya oksidentalisme. Berbicara tentang latar belakang dan sejarah munculnya oksidentalisme tidak bisa kita lewatkan begitu saja sejarah kecemerlangan peradaban islam dan masa kegelapan peradaban dunia barat. Sejarah telah mencatat era kecemerlangan dunia timur khususnya peradaban islam, bahkan peradaban keilmuan barat berhutang budi dengan peradaban keilmuan islam. Dan ini tidak bisa dipungkiri lagi, Kita ingat masa-masa kegelapan dunia barat sebelum masa kebangkitan, doktrin gereja sangat mendominasi dan mengekang kebebasan mereka dalam bertindak bahkan dalam berpikir, semuanya harus sejalan dengan ajaran gereja yang menjadikan bangsa barat terbelakang dari peradaban lainya. Peradaban islam waktu itu sangat bertolak belakang dengan peradaban barat, peradaban islam sangat mencolok dan maju pesat bak anak panah, universalnya islam telah mengubah bangsa timur dari bangsa yang terbelakang dan primitif menjadi bangsa yang maju baik dari segi agama, pemerintahan-politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan. Keadaan ini membuat para pemikir dan cendikiawan barat (bisa disebut oreantalis masa awal) yang sudah bosan dengan doktrin gereja yang kadang tidak sesuai dengan nalar telah terinspirasi serta melirik peradaban islam dan mempelajarinya, mereka hijrah ke wilayah kekuasaan islam dan belajar dari ilmuan-ilmuan islam, maka lambat laun setidaknya dalam beberapa pereode telah merubah wajah barat dari kungkungan kegelapan.
Ketika bangsa Barat mulai bangkit dari keterbelakangan mereka (renaissance), setelah belajar dari dunia timur khususnya peradaban islam, dunia islam mulai keropos, sedikit demi sedikit dan terus terpuruk disebabkan pemimpin-pemimpin islam yang lemah, setelah peradaban islam dihancur-ludeskan oleh pasukan Tartar (bangsa Mongol). Maka barat semakin menunjukkan jayanya dan terus berkembang hingga abad ini. Dari sini muncul tokoh-tokoh oreantalis (pengkaji peradaban ketimuran) yang dengan seiring perjalanan waktu telah berubah menjadi suatu kajian yang bukan hanya mempelajari keilmuan peradaban timur tapi semua yang terkait dengan ketimuran termasuk bagaimana cara menguasai dunia timur (islam) dan penjajahan.
Dalam sejumlah karya orientalis, yang lebih banyak ditonjolkan ialah unggulnya orang-orang Barat serta mengerdilnya segala yang terkait dengan Timur khususnya islam. Mereka senantiasa mengemukakan orang-orang Timur tidak berbudaya, bodoh, keras, kasar, dan tidak punya potensi, untuk membuktikan ini para oreantalis telah mendistorsi sejarah dan mengagungkan kemajuan peradaban mereka serta menghilangkan jejak bahwa mereka pernah belajar dari Timur (islam). Misalnya mereka (oreantalis) telah membaratkan nama seorang tokoh ilmuan islam seperti Ibnu Sina menjadi Avecina, Ibnu Rusd menjadi Averos dan sebagainya.
Atas dasar itu, muncul kesadaran baru di dunia Timur (pemikir dan pembaharu islam) bahwa selama ini mereka dibodohi kajian-kajian ketimuran (orientalisme) itu. Lahirlah apa yang disebut kajian kebaratan atau yang dikenal dengan istilah oksidentalisme. Kajian ini adalah upaya untuk menandingi oreantalisme dan merebut kembali ego Timur yang telah direbut oleh Barat.
Ada beberapa tokoh oksidentalisme yang mayoritas mereka adalah pemikir dan tokoh pembaharu islam :
1)      Jamaluddin al-Afghani
Jamaluddin Al-Afghani adalah pahlawan besar dan salah seorang putra terbaik Islam. Kebesaran dan kiprahnya membahana hingga ke seluruh penjuru dunia. Sepak terjangnya dalam menggerakkan kesadaran umat Islam dan gerakan revolusionernya yang membangkitkan dunia Islam, menjadikan dirinya orang yang paling dicari oleh pemerintahan kolonial ketika itu, Inggris. Tapi, komitmen dan konsistennya yang sangat tinggi terhadap nasib umat Islam, membuat Al-Afghani tak pernah kenal lelah apalagi menyerah.
2)      Dr. Muhammad Abduh
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah. Lahir didesa Mahallat Nashr di kabupaten al-Buhairah, Mesir tahun 1849 M. Dan beliau wafat pada tahun 1905 M.
3)      Sheikh Muhammad Rasyid Ridha.
Muhammad Rasyid Ridha, lahir di Qalmun, sebuah desa sekitar 4 km dari Tripoli, Libanon pada 27 Jumadil Awal 1282 H.; Beliau adalah bangsawan Arab yang memiliki garis keturunan langsung dari Sayyidina Husen, putera Ali bin Abu Thalib dan Fatimah puteri Rasulullah Saw.


4)      Nurcholish Madjid.M.A
Lahir di Jombang, 17 Maret 1939 (26 Muharram 1358), dari keluarga kalangan pesantren. Pendidikan yang ditempuh: Sekolah Rakyat di Mojoanyar dan Bareng (pagi) dan Madrasah Ibtidaiyah di Mojoanyar (sore); Pesantren Darul 'Ulum di Rejoso, Jombang; KMI (Kulliyatul Mu'allimin al-Islamiyah) Pesantren Darus Salam di Gontor, Ponorogo; IAIN Syarif Hidayatullah di Jakarta (Sarjana Sastra Arab, 1968), dan Universitas Chicago, Illinois, AS (Ph.D., Islamic Thought, 1984).
5)      Adian Husaini, M.A
Lahir Bojonegoro, 17 Desember 1965 adalah ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, sekretaris jenderal Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI) dan Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina-Majelis Ulama Indonesia (KISP-MUI), Anggota Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan anggota pengurus Majlis Tabligh Muhammadiyah.
6)      Dr. Hasan Hanafi
Dilahirkan di Cairo, Mesir pada 14 Februari 1934 M. Hasan Hanafi, pemikir muslim modernis dari Mesir, adalah salah satu tokoh yang akrab dengan simbol-simbol pembaruan dan revolusioner, seperti Islam kiri, oksidentalisme, Tema-tema tersebut ia kemas dalam rangkaian proyek besar; pembaruan pemikiran Islam, dan upaya membangkitkan umat dari ketertinggalan dan kolonialisme modern.
Sebenarnya masih banyak tokoh-tokoh oksidentalisme lain yang tidak sebutkan di sini, karena nanti akan membuat tulisan ini terlalu panjang dan membosankan pembaca.
Motif di balik kajian oksidentalisme
Sebagaimana kita singgung di atas bahwa kajian oksidentalisme adalah kebalikan dari kajian oreantalisme, upaya untuk menanggulangi oreantalisme, Merebut kembali ego timur yang direbut oleh barat dan selama ini barat dipandang sangat mendominasi dalam kajian ketimuran khususnya kajian ke-islaman. Bahkan, di era kolonial, orientalisme dianggap sebagai senjata untuk menundukan bangsa-bangsa timur. Hal inilah yang membangkitkan kekesalan Edward Said dengan menulis buku “orientalism” . Dia mengkritik bahwa kajian barat atas timur kurang lebih bertujuan politis ketimbang ilmiah.
Dalam pemikiran dunia timur, “karena trauma sejarah akibat kolonialisme”, ada suatu perasaan curiga terhadap kajian-kajian oreantalisme bahwa kajian yang mereka lakukan memiliki motif-motif terselubung, bahkan, terkesan mengerdilkan semua yang berbau timur, walaupun ada beberapa oreantalis yang objektif dalam mengkaji ketimuran.
Adanya perasangka atau tuduhan klise dari dunia timur yang tidak mendasar, seperti : Kebudayaan barat yang dekaden, individualistik dan Amoral. Namun disisi lain dunia timur dibuat terpesona dengan kemajuan peradaban barat yang tiada henti serta anggapan timur bahwa mengadopsi kebudayaan barat adalah modernitas atau life styile.
Dengan semangat oksidentalisme diharapkan dapat membantu atau menjembatani kebuntuan tersebut. Terpenting, motif di balik kajian oksidentalisme adalah untuk mempelajari akar kemajuan bangsa-bangsa barat, memfilternya dan menerapkanya di dunia timur hingga timur keluar dari keterbelakangannya. Selain itu Oksidentalisme diharapkan mampu menghilangkan kecurigaan yang tidak mendasar terhadap barat yang terus mengendap dipikiran orang timur.
Dampak positif dan negatif yang ditimbulkan akibat oksidentalisme
Berbicara plus dan minus akibat kajian oksidentalisme sama halnya dengan membicarakan peperangan antara kebaikan dan keburukan artinya, sudah menjadi sunnatullah di dunia ini sesuatu yang dianggap sempurna akan nampak kekurangannya, dalam kajian oksidentalisme ada kebaikan yang bisa diambil dan ada juga keburukan yang muncul.
Dampak positif dan negatif akibat oksidentalisme tergantung pada pribadi oksidentalis itu sendiri. Seorang oksidentalis yang benar menurut penulis, ialah yang tidak terlalu terpengarah dengan kemajuan peradaban barat dan lantas mengadopsi apa saja yang yang diproduksi oleh barat, boleh mengambil dan meniru barat tetapi harus memfilternya dengan landasan islam dan iman. karena kalau tidak, akan menimbulkan semacam racun dalam masyarakat timur khususnya ummat islam.
Islam yang universal, mengajarkan libralisme dalam berfikir, memfungsikan akal sebagai anugerah fitrah tetapi dibatasi oleh dua pokok pondasi dasar yaitu Al-qur'an dan Assunnah, seagaimana ungkapan yang sering kita dengar “ kamu punya kebebasan tetapi kebebasanmu dibatasi oleh kebebasan orang lain”, bersebrangan dengan libralisme yang didengung-dengungkan dan dianut oleh barat, yaitu libralisme tanpa batas, dan ini danger!!.
Dari berbagai sumber

B.     Biografi Hasan Hanafi
Hassan Hanafi lahir pada 13 Februari 1935 di Kairo, Dia merupakan seorang pemikir Hukum Islam dan professor filsafat terkemuka di Mesir yang menguasai tiga bahasa sekaligus: Arab, Prancis, dan Inggris. Sehingga buku dan karya ilmiahnya pun menggunakan tiga bahasa tersebut. Dia memperoleh gelar sarjana muda dalam bidang filsafat dari University of Cairo 1956. Tahun 1966 Dia mengntongi gelar Doktor dari La Sorbonne Prancis. Selama studi di Prancis Dia menjadi guru bahasa Arab di Ecole des Langues Orientales, Paris. Setelah selesai studi di Prancis. Dia kembali ke Mesir untuk menjabat staf pengajar di Universitas Kairo jurusan Filsafat, untuk kuliah Pemikiran Kristen Abad Pertengahan dan Filsafat Islam. Reputasi internasionalnya sebagai pemikir muslim terkemuka mengantarkannya pada beberapa jabatan Guru Besar luar biasa (Visiting prifesor) di berbagai perguruan tinggi asing, seperti Belgia (1970), AS (1971-1975), Kuwait (1979), Maroko (1982-1984), Jepang (1984-1985), dan Uni Emirat Arab (1985).

C.    Ontologi Oksidentalisme Hasan Hanafi
Hassan Hanafi pada akhir dekade abad abad ke-20, muncul sebagai ikon dari oksidentalisme (‘ilm al-istighrab), karena perannya menyistemasikan oksidentalisme dan menjadikannya sebagai proyek peradaban yang terencana. Pemikiran tersebut menjadi genre (ciri) baru dalam pemikiran filsafat Islam kontemporer. Kajian tersebut dituangkan dalam salah satu karyanya, Muqaddimah fi ‘Ilm al-istighrab tahun 1991. Buku ini, memaparkan tentang oksidentalisme yang dimana merupakan diskursus tandingan terhadap orientalisme. Oksidentalisme disini dimaksudkan sebagai suatu kajian otoritatif (penguasaan) yang memerlakukan Barat sebagai objek pengetahuan, memelajari perkembangan dan strukturnya, dan pada akhirnya menghilangkan dominasi Barat atas kaum Muslim.
Gagasan Hanafi tentang oksidentalisme dimana sebagai tandingan orientalisme, yang merupakan filsafat klasik sebagai hasil dan sekaligus semakin mendorong kolonialisme atas dunia Timur oleh Barat, sebenarnya paham atau gagasan ini sudah dikemukakan sejak tahun 1981, yang dituangkan dalam jurnalnya (terbit pertama dan terakhir) al-Yasar al-Islam; Kitabat fi al-Islamiyyah. Namun, rumusan yang terperinci dan sistematisnya baru tertuang dalam buku Muqaddimah-nya tersebut, dengan ketebalan lebih dari 800 halaman.
Perlu kita ketahui bahwasannya paham oksidentalisme ini merupakan bagian dari proyek besar dan ambisi raksasa keintelektualan Hanafi, dikenal dengan al-turats wa al-tajdid (tradisi dan modernisasi). Al-turats (tradisi) dipresentasikan sebagai segala bentuk pemikiran umat Islam yang berasal dari masa lalu kedalam peradaban kontemporer. Sedangkan, al-tajdid (modernisasi) merupakan representasi tradisi agar sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan zaman. Dimana proyek ini sudah dituliskan secara teoritis sejak tahun 1980. Maksud dari proyek ini adalah sebagai sebuah rancangan reformasi agama yang tidak saja berfungsi sebagai kerangka kerja dalam menghadapi tantangan intlektual Barat, tetapi juga dalam rangka rekontruksi pemikiran keagamaan Islam pada umumnya. Proyek ini berdasarkan pada tiga agenda besar yang saling mengait secara dialektis. Tiga agenda besar itu adalah:
1.      Melakukan rekontruksi tradisi Islam dengan interpretasi kritis dan kritik sejarah yang tercermin dalam agenda “apresiasi khazanah klasik” (mawaqifuna min al-qadim);
2.      Menetapkan kembali batas-batas kultural Barat melalui pendekatan kritis yang mencerminkan “sikap kita terhadap peradaban Barat” (mawaqifuna min al-gharib);
3.      Upaya membangun kembali sebuah hermeneutika pembebasan Al-Qur’an yang baru, yang mencakup dimensi kebudayaan dari agama dalam skala global, agenda diman memosisikan Islam sebagai fondasi ideologis bagi kemanusiaan modern. Agenda ini mencerminkan “sikap kita terhadap realita” (mawaqifuna min al-waqi).
Ketiga agenda besar diatas menurut  Hanafi dianggap merefleksikan dialektika tringular yang membentuk “ego” (al-ana), yang berhubungan dengan “ego lain” (al-akhar), tradisi klasik (al-turats al-qadim) atau dalam realitas kontemporer (al-waqi’ al-mubasyir). Ketiga agenda besar diatas dalam proyek sistematisasi dan teoritisasinya akan melibatkan 13 bagian besar , yaitu 7 agenda pertama (dalam buku Min al-‘Aqidah ila al-Tsaurah: Muhawalah li I’adah ‘Ilm Ushul al-Din), 3 agenda kedua (dalam bukunya Muqaddimah), dan 3 agenda ketiga (metodologi tafsir al-manahij).

D.    Epistemologi Oksidentalisme Hasan Hanafi
Secara hakikat atau ontologi oksidentalisme ini merupakan epistemologi akan agenda Hanafi yang kedua, tentang sikap kita terhadap peradaban Barat, dimana termaktub dalam kitab Muqaddimah. Namun, perlu kita ingat bahwa semua isme (pemikiran) pasti adanya epistemologinya. Adapun metode atau cara untuk memahami oksidentalisme ini adalah sebagai berikut:
1.      Membebaskan diri dari pengaruh pihak lain sehingga lahir kesetaraan antara dunia Timur dengan Barat.
2.      Pembacaan ulang atas tradisi klasik sekaligus tradisi Barat dimaksudkan untuk memberikan penjelasan betapa oksidentalisme berbeda secara signifikan dengan orientalisme. Oksidentalisme tidak diarahkan menjadi kekuatan imperialisme sebuah tradisi yang dibenamkan ke dalam kesadaran tradisi lain, sebagaimana yang telah digunakan secara manipulatif oleh kaum orientalis melalui kolonialismenya. Prinsip metodologis yang sistemik ini dimaksudkan agar arah transformasi sosial masyarakat menemukan landasan pijaknya yang berakar dan melembaga dalam tradisi, tetapi tetap diorientasikan pada progresivitas melaui pembacaan secara kritis sumber-sumber kemajuan peradaban Barat.
3.      Epistemologi Relasional untuk pembebasan diri dari berbagai bentuk dominasi sehingga terjalin hubungan dialektis antara dunia Timur sebagai al-ana dengan dunia Barat sebagai al-akhar. Menolak segala macam dominasi yang menyebut bahwa Barat adalah “mitos”, atau “pusat dunia” sekaligus “pusat pengetahuan”. Dalam setiap peradaban selalu ada ego dan the other. Tidak ada kekuatan tunggal yang bersifat monolitik sebagai klaim kebenaran rasional universal. Untuk meruntuhkan superioritas tersebut harus dijalankan ide demitologisasi Barat.
E.     Aksiologi Oksidentalisme Hasan Hanafi
Dengan paham ini, jika telah menjadi mainstream  di kalangan muslim, Hanafi berharap bisa mencapai nilai atau target sebagai berikut:
1.      Kontrol dan pembendungan atas kesadaran Eropa dari awal sampai akhir;
2.      Memelajari kesadaran Eropa dalam kapasitas sebagai sejarah, bukan sebagai kesadaran yang berada di luar sejarah (kharij al-tarikh);
3.      Mengembalikan Barat ke batas alamiah, mengakhiri perang budaya, menghentikan ekspansi tanpa batas, mengembalikan filsafat Barat pada wilayah kelahirannya, sehingga tampak jelas partikulasinya;
4.      Menghapuskan mitos “kebudayaan komsmoplit”, menemukan spesifikasi bangsa-bangsa dunia dengan tipologi peradaban masing-masing;
5.      Membuka jalan bagi terciptanya inovasi bangsa non-Barat, dan membebaskannya dari akal Barat yang menghalangi nurani;
6.      Menghapus rasa rendah diri pada bangsa non-Barat;
7.      Melakukan penulisan ulang sejarah agar semaksimal mungkin dapat mewujudkan persamaan bagi seluruh bangsa;
8.      Permulaan filsafat sejarah baru yang dimulai dari Timur; ditemukan siklus peradaban dan hukum evolusi secara komprehensif;
9.      Mengakhiri orientalisme, menempatkan Timur sebagai subjek;
10.  Menciptakan ilmu oksidentalisme sebagai ilmu pengetahuan yang akurat;
11.  Membentuk peneliti-peneliti muslim yang memelajari peradabannya dari perspektifnya sendiri, dan mengkaji peradaban lain secara netral;
12.  Dimulainya generasi pemikir baru yang dapat disebut “filosof”, pascagenerasi pelopor di era kebangkitan;
13.  Lahirnya generasi yang mampu melepaskan umat Islam dari belenggu penjajahan budaya dan ilmu pengetahuan serta teknologi;
14.  Dengan oksidentalisme, manusia akan mengalami era baru dimana tidak ada lagi penyakit realisme terpendam.







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
a.       Hassan Hanafi lahir pada 13 Februari 1935 di Kairo, Dia merupakan seorang pemikir Hukum Islam dan professor filsafat terkemuka di Mesir yang menguasai tiga bahasa sekaligus: Arab, Prancis, dan Inggris. Sehingga buku dan karya ilmiahnya pun menggunakan tiga bahasa tersebut.
b.      Ontologi Oksidentalisme disini dimaksudkan sebagai suatu kajian otoritatif (penguasaan) yang memerlakukan Barat sebagai objek pengetahuan, memelajari perkembangan dan strukturnya, dan pada akhirnya menghilangkan dominasi Barat atas kaum Muslim.
c.       Epistemologi Oksidentalisme adalah: Membebaskan diri dari pengaruh pihak lain, Pembacaan ulang atas tradisi klasik sekaligus tradisi Barat, dan Epistemologi Relasional.
d.      Aksiologi Oksidentalisme adalah: Kontrol dan pembendungan atas kesadaran Eropa dari awal sampai akhir; Menghapus rasa rendah diri pada bangsa non-Barat; dll

B.     Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami dapat mengetahui dan memahami tentang Oksidentalis Menurut Hassan Hanafi, dan kami mengaharapkan pada mahasiswa STAIBN dapat memahami materi ini, semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat menambah pembendaharaan perpustakaan STAIBN, meskipun kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih banyak kekurangannys. Untuk itu kami mohon maaf dan kami mengharapkan masukan dari pambaca untuk penyempurnaan Makalah ini.












DAFTAR PUSTAKA

Laftlaft Etikazisme , Oksidentalisme Hasan Hanafi, diunduh dari: http:// Laftlaft Etikazisme  Oksidentalisme Hasan Hanafi. htm, tanggal: 12 Oktober 2012, pukul. 17.00 WIB

Saterdag 30 Maart 2013

MAKALAH Tes Obyektif Multiple Choise


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam pembelajaran objek ini bisa berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi dan sebagainya.
Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dilihat dari segi sistem penskorannya dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu tes objektif dan tes sukjektif.
Tes objektif dalam hal ini adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban atau respon telah disediakan oleh penyusun butir soal. Peserta hanya memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Dengan demikian pemeriksaan atau penskoran jawaban atau respon peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa. Karena sifatnya yang objektif, maka tidak perlu harus dilakukan oleh manusia, tetapi dapat dilakukan sengan mesin, misalnya mesin scanner. Dengan demikian skor hasil tes dapat dilakukan secara objektif.

B.     Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dapat kami rumuskan :
1.   Apakah Tes Obyektif Multiple Choise itu?
2.   Kriteria Tes Obyektif Multiple Choise Tersebut?
3.   Apa Kelebihan dan Kekurangan Multiple Choise?

C.    Tujuan Penulisan
1.   Untuk memenuhi tugas belajar bagi mahasiswa dalam  mata kuliah evaluasi pembelajaran
2.   Untuk mengetahui tentang Tes Obyektif Multiple Choise
3.   Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan Item Tes Pilihan Ganda







BAB II
ISI

A.    Tes Obyektif Multiple Choise
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (item) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).
Tes objektif  bentuk multiple choice item sering dikenal dengan istilah objektif bentuk pilihan ganda, yaitu salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa kemungkinan jawab yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan.
Contoh 1 : Bentuk pertanyaan
Pilihlah satu jawaban yang tepat!
1.   Masjid apa yang pertama kali dibangun Rosul saat hijrah?
a.    Nabawi
b.   Quba
c.    Aqso
d.   Masjidil haram
Contoh 2: Berbentuk pernyataan (statement)
Pilihlah satu jawaban yang tepat!
1.   Kaum muslimin mekah yang hijrah ke yasrib disebut kaum :
a.    Ansor
b.   Muhajirin
c.    Kafir
d.   Musrik
Seperti dapat diperiksa pada dua contoh di atas, maka tes objektif bentuk multiple choice item terdiri atas dua bagian, yaitu:
a)      Item atau soal, yang dapat berbentuk pertanyaan dan dapat pula berbentuk pernyataan.
b)      Option atau alternatif, yaitu kemungkinan-kemungkinan jawab yang dapat dipilih oleh testee.

Option atau alternatif ini terdiri atas dua bagian, yaitu:
a.    Satu jawaban betul, yang biasa disebut kunci jawaban.
b.   Beberapa pengecoh atau distractor, yang jumlahnya berkisar antara dua sampai lima buah.
Dalam perkembangannya, sampai saat ini tes objektif bentuk multiple choice item dapat dibedakan menjadi sembilan model, yaitu:
a)      Model melengkapi lima pilihan
b)      Model asosiasi dengan lima atau empat pilihan
c)      Model melengkapi berganda
d)     Model analisis hubungan antar hal
e)      Model analisis kasus
f)       Model hal kecuali
g)      Model hubungan dinamik
h)      Tes Obyektif bentuk multiple choice item model perbandingan kuantitatif
i)        Model pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar.

a)      Tes objektif bentuk multiple choice item model melengkapi lima pilihan
Tes objektif bentuk multiple choice item model melengkapi lima pilihan ini pada umumnya terdiri atas: kalimat pokok (=item) yang berupa pernyataan yang belum lengkap, diikuti oleh lima kemungkinan jawab (alternatif) yang dapat melengkapi pernyataan tersebut. Tugas testee disini ialah: memilih salah satu diantara lima kemungkinan jawab tersebut, yang menurut keyakinan testee adalah paling tepat (=merupakan jawaban yang benar).
Dengan demikian, pada tes objektif bentuk multiple choice item model melengkapi lima pilihan ini, hanya  akan kita jumpai satu jawaban yang benar.
Contoh
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan jalan membubuhkan tanda silang (X) pada huruf abjad A, B, C,D atau E.
1.   Sahabat yang mendampingi Nabi Muhammad saat hijrah bernama
a.    Ali bin Abi Thalib
b.   Usman bin Affan
c.    Umar bin Khotob
d.   Abu Bakar
e.    Khalid Bin Walid
(Kunci : D)
b)      Tes Objektif bentuk multiple choice item model melengkapi lima pilihan
Tes Obyektif bentuk multiple choice item model asosiasi dengan lima atau empat pilihan ini terdiri dari lima atau empat judul/istilah/ pengertian, yang diberi tanda huruf abjad didepannya, dan diikuti oleh beberapa pernyataan yang diberi nomor urut didepannya. Untuk tiap pernyataan tersebut testee diminta memilih salah satu judul/istilah/ pengertian yang berhuruf abjad, yang menurut keyakinan testee adalah paling cocok (paling benar).
Contoh :
Untuk butir soal nomor 1 sampai dengan 5 berikut ini, cocokkanlah istilah yang terdapat di belakang huruf abjad, dengan pernyataan yang terdapat pada masing-masing soal:
A.    Pasar          B.  Stasiun       C.  Terminal        D. Bandara          E. Pelabuhan
Soal
1.   Tempat pemberhentian Pesawat Terbang
2.   Tempat untuk belanja
3.   Tempat pemberhentian Kapal Laut
4.   Tempat pemberhentian Bis
5.   Tempat pemberhentian Kereta Api
(Kunci : 1. D   2. A   3.E   4. C   5. B)
c)      Tes Obyektif bentuk multiple choice item model melengkapi berganda
Butir soal sejenis ini pada dasarnya sama dengan multiple choice item model melengkapi lima pilihan, yaitu terdiri atas satu kalimat pokok yang tidak (belum) lengkap, diikuti dengan beberapa kemungkinan jawaban (bisa merupakan lima pernyataan dan bisa pula merupakan empat pernyataan). Perbedaannya adalah, bahwa pada butir soal jenis ini, kemungkinan jawaban betulnya bisa satu, dua, tiga, atau empat.
Contoh:
Tulislah :
A. Bila (1), (2) dan (3) betul.
B.  Bila (1) dan (3) betul.
C.   Bila (2) dan (4) betul.
D. Bila hanya (4) yang betul.
E.  Bila semuanya betul.
Soal
1.   Hal-hal yang termasuk perbuatan yang tidak baik :
1)   Menolong Nenek menyebrang jalan
2)   Berkelahi
3)   Menengok teman yang sedang sakit
4)   Mencorat-coret tembok sekolah
(Kunci : C)

d)     Tes Obyektif bentuk multiple choice item model analisis hubungan antar hal
Tes Obyektif bentuk multiple choice item biasanya terdiri atas satu kalimat pernyataan yang diikuti oleh satu kalimat keterangan. Kepada testee ditanyakan, apakah pernyataan itu betul, dan apakah keterangan itu juga betul. Jika pernyataan dan keterangan itu betul, testee harus memikirkan, apakah pernyataan itu disebabkan oleh keterangan yang diberikan, ataukah pernyataan itu tidak disebabkan oleh keterangan tersebut?
Contoh:
Soal nomor 1 sampai dengan 3 berikut ini terdiri atas tiga bagian, yakni: Pernyataan, Sebab dan Alasan, yang disusun secara berurutan.
Pilihlah:
A. Jika Pernyataan BETUL, Alasan BETUL dan keduanya menunjukkan HUBUNGAN SEBAB AKIBAT.
B.  Jika Pernyataan BETUL, Alasan BETUL, tetapi keduanya TIDAK MENUNJUKKAN HUBUNGAN SEBAB AKIBAT.
C.  Jika Pernyataan BETUL dan Alasan SALAH
D. Jika Pernyataan SALAH dan Alasan BETUL
E.   Jika Pernyataan SALAH dan Alasan Salah.
Soal:
Seseorang akan berangkat menunaikan ibadah haji, tiba-tiba menderita sakit berat sehingga tidak mungkin melaksanakan ibadah haji tersebut, dan karena itu gugurlah kewajiban menunaikan ibadah hajinya untuk selama-lamanya.
SEBAB
Kewajiban menunaikan ibadah haji bagi orang Islam hanya satu kali dalam seumur hidupnya.
                                                                                    (Kunci : D)
e)      Tes Obyektif bentuk multiple choice item model analisis kasus
Butir soal jenis ini merupakan tiruan keadaan yang sebenarnya. Jadi seolah-olah testee dihadapkan kepada suatu kasus. Dari kasus tersebut, kepada testee ditanyakan mengenai berbagai hal dan kunci jawaban-jawaban itu tergantung pada tahu atau tidaknya testee dalam memahami kasus tersebut.
f)       Tes Obyektif bentuk multiple choice item model hal kecuali
Model “Hal Kecuali” ini dikembangkan atas dasar Asosiasi Positif dan Asosiasi Negatif secara serempak.
Jika model semacam ini digunakan dalam tes hasil belajar, maka pada kolom sebelah kiri dicantumkan tiga macam gejala atau kategori (yakni A, B dan C); sedangkan pada kolom sebelah kanan terdapat lima hal atau keadaan (yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5), dimana empat diantaranya cocok dengan satu hal yang berada di sebelah kiri.
Jawaban yang dikehendaki oleh tester ialah, agar testee menentukan hal berabjad mana yang dipandang cocok dengan empat keadaan yang bernomor, dan keadaan yang tidak cocok dengan hal dan keadaan itu. Jadi, disini testee diminta untuk memberikan dua buah jawaban, yaitu: 1 huruf abjad dan 1 nomor.
g)      Tes Obyektif bentuk multiple choice item model hubungan dinamik
Tes Obyektif bentuk multiple choice item model hubungan dinamik ini adalah salah satu jenis tes objektif bentuk pilihan ganda, yang menuntut kepada testee untuk memiliki bekal pengertian atau pemahaman tentang perbandingan kuantitatif dalam hubungan dinamik.
Dalam praktek model ini lebih sesuai diterapkan pada tes hasil belajar yang termasuk dalam kelompok mata pelajaran eksakta, seperti: Fisika, Kimia, Biologi dan sebagainya.
h)      Tes Obyektif bentuk multiple choice item model perbandingan kuantitatif
Pada model perbandingan kuantitatif ini, yang perlu ditanyakan kepada testee adalah hafalan kuantitatif yang sifatnya fundamental dan dikemudian hari perlu hafal di luar kepala, didalam profesinya tanpa melihat buku, daftar atau tabel.
i)        Tes Obyektif bentuk multiple choice item Model pemakaian Gambar/diagram/grafik/peta
Pada tes objektif bentuk multiple choice item model ini, terdapat gambar/diagram/grafik/peta yang diberi tanda huruf abjad A, B, C, D dan sebagainya. Kepada testee ditanyakan tentang sifat/keadaan/hal-hal tertentu yang berhubungan dengan tanda-tanda tersebut.

B.     Kriteria Tes Obyektif Multiple Choise
Syarat yang diperhatikan untuk menyusun tes objektif multiple choice, diantaranya
a.    Statement harus jelas merumuskan suatu masalah. Tentukanlah sebelumnya bahwa hanya ada satu jawaban yang paling benar dan tepat.
b.   Baik statement maupun option sedapat mungkin jangan merupakan suatu kalimat yang terlalu panjang.
c.    Hindarkanlah option yang tidak ada sangkut-pautnya satu sama lain. Dengan kata lain, option (pilihan jawaban) hendaknya homogen.

Contoh yang salah:
1)   Hasil perkebunan Provinsi Lampung adalah:
a.       Karet         b. lada         c. terigu           d. bawang

Contoh yang baik:
1)   Hasil Perkebunan Lampung yang terbesar adalah:
a.       Karet
b.       Lada
c.       Kelapa sawit
d.       Kopi

C.    Kelebihan dan Kelemahan  Item Tes Pilihan Ganda
·      Kelebihan Item Tes Pilihan Ganda
Dalam evaluasi pembelajaran, item tes pilihan ganda mempunyai beberapa kelebihan yang secara ringkas dapat dicermati dalam uraian berikut:
1.   Tes pilihan ganda memiliki karakteristik yang baik untuk suatu alat pengukur hasil belajar siswa. Karakter yang baik tersebut yaitu lebih fleksibel dalam implementasi evaluasi dan efektif untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan belajar mengajar.
2.   Item tes pilihan ganda yang dikonstruksi dengan intensif dapat mencakup hampir seluruh bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas.
3.   Item tes pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur penguasaan informasi para siswa yang hendak dievaluasi.
4.   Item tes pilihan ganda dapat mengukur kemampuan intelektual atau kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.
5.   Dengan menggunakan kunci jawaban yang sudah disiapkan secara terpisah, jawaban siswa dapat dikoreksi dengan lebih mudah.
6.   Hasil jawaban siswa yang diperoleh dari tes pilihan ganda dapat dikoreksi bersama, baik oleh guru maupun siswa dengan situasi yang lebih kondusif.
7.   Item tes pilihan ganda yang sudah dibuat terpisah antara lembar soal dan lembar jawaban, dapat dipakai secara berulang-ulang.
·      Kelemahan Item Tes Pilihan Ganda
Kesulitan yang sering dialami para guru kelas, berkaitan dengan mengonstruksi item tes pilihan ganda adalah kesulitan dalam menyusun item tes yang mengandung pokok persoalan dengan tepat, dan menyusun jawaban alternatif dengan memperhitungkan beberapa jawaban menjebak (distracters) yang memungkinkan dipilih siswa.
Disamping kelemahan pokok seperti yang diuraikan di atas, item tes pilihan ganda masih memerlukan perhatian seorang guru atau evaluator, diantaranya adalah kelemahan yang berkaitan dengan beberapa hal berikut.
1.   Konstruksi item tes pilihan lebih sulit serta membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan penyusunan item tes bentuk objektif lainnya.
2.   Tidak semua guru senang menggunakan tes pilihan ganda untuk mengukur hasil pembelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu, misalnya satu semester atau satu kuartal.
3.   Item tes pilihan ganda kurang dapat mengukur kecakapan siswa dalam mengorganisasi materi hasil pembelajaran.
4.   Item tes pilihan ganda memberi peluang pada siswa untuk menerka jawaban.



















 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Suatu tes dinyatakan obyektif multiple choice apabila :
1.   Hanya satu jawaban yang benar untuk setiap alternative jawaban
2.   Dalam menskor tidak ada perbedaan waktu diperiksa oleh lebih dari satu orang
3.   Dalam menjawab testee tinggal hanya melakukan pilihan sesuai dengan petunjuk
4.   Norma pilihan sudah ditentukan terlebih dahulu

B.     Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami dapat mengetahui dan memahami tentang Multiple Choice Item Test (Pilihan Ganda), dan kami mengaharapkan pada mahasiswa STAIBN dapat memahami materi ini, semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat menambah pembendaharaan perpustakaan STAIBN, meskipun kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu kami mohon maaf dan kami mengharapkan masukan dari pambaca untuk penyempurnaan Makalah ini.


















DAFTAR PUSTAKA

·         Prof. Drs. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
·         Buku Panduan Evaluasi Pembelajaran yang diberikan oleh Dosen